Kamis, 10 Juli 2008

MACAM-MACAM PENGERTIAN FILSAFAT (bagian ketiga)

  1. Filsafat sebagai latihan untuk belajar mengambil sikap, mengukur bobot dari segala macam pandangan yang dari pelbagai penjuru ditawarkan kepada kita. Kalau kita disuruh membangun masyarakat, filsafat akan membuka implikasi suatu pembangunan yang misalnya hanya mementingkan kerohanian sebagai ideologi karena manusia itu memang bukan hanya rohani saja. Atau, kalau pembangunan hanya material dan hanya mengenai prasarana fisik saja, filsafat akan bertanya sejauh mana pembangunan itu akan menambah harapan manusia kongkrit dalam masyarakat untuk merasa bahagia.
  2. Dan kalau pelbagai otoritas dalam masyarakat mau mewajibkan sesuatu kepada kita, filsafat dapat membantu kita dalam mengambil sikap yang dewasa dengan mempersoalkan hak dan batas mereka untuk mewajibkan sesuatu. Terhadap ideologi kemajuan akan dipersoalkan apa arti maju bagi manusia. Atau orang yang mau mengekang kebebasan kita atas nama Tuhan yang Maha esa. Dan kalau suatu rezim fanatik mau membawakan segala nilai pada kemegahan negara saja, filsafat dapat saja menunjuk pada seorang filsuf yang dua ribu tahun yang lalu telah berpikir ke arah itu, yaitu Plato, dan bagaimana dia dilawan oleh seorang filsuf lain jaman itu, Aristoteles.
  3. Perbedaan arti "filsafat" dengan istilah-istilah yang hampir serupa dengan ini, yakni "falsafah", "falsafi" atau "filsafati", "berpikir filosofis" dan "mempunyai filsafat hidup" yang sering didengar, dibaca, atau bahkan mungkin dipakai dalam hidup keseharian. "Falsafah" itu tidak lain filsafat itu sendiri. "Falsafi" atau "filsafati" artinya: "bersifat sesuai dengan kaidah-kaidah filsafat". Bijaksana adalah sifat manusia yang muncul sebagai hasil dari usahanya untuk berpikir benar dan berkehendak baik. Berpikir benar saja ternyata belum mencukupi. Dapat saja orang berpikir bahwa memfitnah adalah tindakan yang jahat. Tetapi dapat pula ia tetap memfitnah karena meskipun diketahuinya itu jahat, namun ia tidak menghendaki untuk tidak melakukannya. Cara berpikir yang filosofis adalah berusaha untuk mewujudkan gabungan antara keduanya, berpikir benar dan berkehendak baik. Sedangkan, "mempunyai filsafat hidup" mempunyai pengertian yang lain sama sekali dengan pengertian "filsafat" yang pertama. Orang bisa diartikan mempunyai suatu pandangan, seperangkat pedoman hidup atau nilai-nilai tertentu. Misalnya, seseorang mungkin mempunyai filsafat bahwa "tujuan menghalalkan cara". Sekarang melangkah untuk melihat lebih dekat tentang hubungan antara filsafat, ilmu dan agama. Masalah tentang hubungan antara ketiganya adalah suatu masalah yang sering dipersoalkan. Ada yang menyatakan pendapat bahwa filsafat hendak menyaingi sains dan agama, demikian pula sebaliknya. Akhirnya, terjadi saling curiga mencurigai antara ketiganya, yang tak jarang merugikan bagi kepentingan pencarian akan kebenaran itu sendiri.

MACAM-MACAM PENGERTIAN FILSAFAT (bagian kedua)

  1. Filsafat praktis dibagi menjadi etika, ekonomi domestik dan kewarganegaraan. Filosof yang mumpuni menguasai seluruh sains tersebut. Menurut pandangan filosof, filsafat universal, teologi, metafisika, filsafat tinggi mempunyai kedudukan khusus dibanding sains yang lain, karena 1) filsafat ini mempunyai demontrasi dan kepastian, 2) ketidakbergantungannya dengan sains yang lain, dan 3) filsafat lebih umum dan universal dibanding dengan sains yang lain.
  2. Para filosof di masa lalu mendifinisikan filsafat sebagai aktifitas filsafat sejati, filsafat pertama, sehingga mendifinisikan filsafat secara khas. Maka difinisi filsafat yakni meliputi sains tentang keadaan-keadaan wujud, dipandang dari segi bahwa ia adalah wujud, bukan dari segi bahwa ia memiliki individualisasi khusus seperti badan, kuantitas, kualitas, manusia, tanaman, dll.
  3. Pengetahuan tentang segala sesuatu terdiri dari dua macam, yaitu : 1) dapat dibatasi pada spesies atau genus tertentu, dapat berlaku pada ketentuan dan aksiden dari spesies dan aksiden tertentu, sebagaimana pengetahuan kita mengenai ketentuan bilangan (aritmatika), kuantitas (geometri), sifat tanaman, hewan, ilmu kedokteran. Bentuk ini meliputi seluruh sains mineralogi, fisika, kimia, geologi , ilmu atom dll. Dan 2) pengetahuan yang tidak dapat dibatasi pada spesies tertentu. Pengetahuan tentang wujud ini bukan pada bagian-bagian dari dari spesies tertentu, tetapi pengetahuan yang hakiki tentang seluruh wujud. Misalnya pertanyaan tentang tubuh bukan pada kaki dan kepala akan tetapi misalnya; Jika tubuh mempunyai kepala, apakah kepala ini mempunyai jiwa yang dapat berpikir dan merasa, ataukah ia lemah dan kosong. Apakah keseluruhan tubuh merasakan kenikmatan kehidupan, atau apakah intelegensi dan persepsi tubuh ini dibatasi pada sejumlah entitas yang timbul secara kebetulan? Atau, apakah seluruh tubuh mengejar suatu tujuan, ataukah seluruh tubuh berjalan ke arah suatu kesempurnaan realitas?.
  4. Bagian studi yang menyangkut organologi alam makhluk adalah sains, sedangkan bagian yang membahas fisiologi alam semesta secara keseluruhan adalah filsafat. Perubahan linguistik yang menyangkut konvensi penggunaan kata telah disalah artikan sebagai perubahan makna yang berkaitan dengan keadaan yang sebenarnya.
  5. Perubahan makna dalam hal ini tidak ada kaitannya dengan perpisahan antara sains dan filsafat. Sains tidak pernah merupakan bagian dari kata filsafat; sehingga tidak mungkin sains bisa terpisah dari filsafat. Memberikan rumusan yang pasti tentang apa yang termuat dalam kata "filsafat" adalah suatu pekerjaan yang terlalu berani dan sombong! Memang, para peminat filsafat, kita sulit mendefinisikan kata yang satu ini. Bahkan para filsuf (ahli filsafat) pun mengakuinya. Apa yang membuat demikian adalah karena terdapatnya beragam paham, metode dan tujuan, yang dianut, ditempuh dan dituju oleh masing-masing filsuf. Namun, sebuah pengertian awal mesti diberikan; maksudnya sebagai kompas agar kita tidak tersesat arah di dalam perjalanan memahami filsafat.
  6. Dalam bahasa zaman kuno, kata-kata filsafat dan hikmah digunakan dalam pengetahuan rasional, bukan pengetahuan yang bersumber dari wahyu. Jadi kata-kata tersebut melingkupi semua ide-ide intelektual dan rasional manusia. Pada zaman modern, kata ini menjadi terbatas pada metafisika, logika, estetika dan yang sejenis. Hal hal berbeda dengan zaman sebelumnya dimana filsafat meliputi semua ilmu. Sains dulunya pernah terpadu dibawah nama filsafat tetapi kini nama tersebut hanya dinisbahkan pada sejenis sains.
  7. Mengingat maksud ini, maka pengertian filsafat harus bersifat dapat dipahami oleh banyak orang, sehingga dapat dijadikan tempat berpijak bersama. Kata "filsafat" ini dari akar katanya, dari mana kata ini datang. Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.
  8. Dari arti di atas, kemudian dapat dimengerti arti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu vak biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks. Filsafat, "Ilmu tentang hakikat". Di sinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yang dapat dialami, dapat diindera, atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dengan pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya". Filsafat meninjau dengan pertanyaan "apa itu", "dari mana" dan "ke mana". Di sini orang tidak mencari pengetahuan sebab dan akibat dari suatu masalah, seperti yang diselidiki ilmu, melainkan orang mencari tahu tentang apa yang sebenarnya pada barang atau masalah itu, darimana terjadinya dan ke mana tujuannya. Maka, jika para filsuf ditanyai, "Mengapa A percaya akan Allah", mereka tidak akan menjawab, "Karena A telah dikondisikan oleh pendidikan di sekolahnya untuk percaya kepada Allah," atau "Karena A kebetulan sedang gelisah, dan ide tentang suatu figur bapak membuatnya tenteram." Dalam hal ini, para filsuf tidak berurusan dengan sebab-sebab, melainkan dengan dasar-dasar yang mendukung atau menyangkal pendapat tentang keberadaan Allah.
  9. Tugas filsafat menurut Sokrates (470-399 S.M.) bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, melainkan mempersoalkan jawaban yang diberikan. Sampai dengan kedua pengertian di atas, marilah disimak apa kata Kattsoff (1963) di dalam bukunya Elements of Philosophy untuk melengkapi pengertian kita tentang "filsafat":
    · Filsafat adalah berpikir secara kritis.
    · Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
    · Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut.
    · Filsafat adalah berpikir secara rasional.
    · Filsafat harus bersifat komprehensif.
  10. Menurut Windelband, filsafat sifatnya merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata. Kata Magnis, filsafat sebagai usaha tertib, metodis, yang dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk melakukan apa yang sebetulnya diharapkan dari setiap orang yang tidak hanya mau membeo saja, yang tidak hanya mau menelan mentah-mentah apa yang sudah dikunyah sebelumnya oleh pihak lain, yaitu untuk mengerti, memahami, mengartikan, menilai, mengkritik data-data dan fakta-fakta yang dihasilkan dalam pengalaman sehari-hari dan melalui ilmu-ilmu.

Rabu, 09 Juli 2008

MACAM-MACAM PENGERTIAN FILSAFAT (bagian pertama)

  1. Segi semantik : filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. , setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya .
  2. Segi praktis : filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Satu semboyan mengatakan bahwa setiap manusia adalah filsuf. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
  3. Kata falsafah merupakan hasil arabisasi, suatu mashdar yang berarti kerja atau pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Sebelum Socrates, ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sopist (kaum sopist) yang berarti para cendikiawan. Mereka menjadikan pepsepsi manusia sebagai ukuran realitas (kebenaran hakikat) dan menggunakan hujah-hujah yang keliru dalam kesimpulan-kesimpulan mereka.
  4. Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Kata Falsafah berasal dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Arab, kata ini merupakan kata benda-kerja (mashdar) yang diturunkan dari kata philosophia, merupakan gabungan dari philos dan sophia; yang pertama berarti cinta dan yang kedua berarti kebijkasanaan. Falsafah dapat diartikan; cinta kebijaksanaan. Plato menyebut Socrates sebagai Philoshopos yakni sorang pecinta kebijaksanaan.
  5. Socrates menyebut dirinya seorang filosof, (philosophos), pecinta kebijaksanaan, pecinta kebenaran, menggantikan sophistes yang berarti sarjana. Gelar yang terakhir ini turun derajatnya menjadi orang yang menggunakan penalaran yang salah. Filsafat kemudian menjadi sama artinya dengan kebijaksanaan.
  6. Philosophos sebagai suatu istilah Teknis tidak dipakai pada seorangpun sebelum socrates dan begitu juga sesudahnya. Istlah philosophia juga tidak mempunyai arti yang definitif pada zaman itu, bahkan Aristoteles pun tidak menggunakannya. Belakangan, penggunaan istilah philosophia (filsafat) dan philoshopos (filosof) semakin meluas.
  7. Kata ‘sopist’ (sopist, sopisthes) yang berarti kehilangan dan kemudian menjadi berarti seseorang yang menggunakan hujah-hujah keliru. Dengan demikian, kata sophistry (cara berfikir yang menyesatkan), mempunyai kata yang sama dalam bahasa Arab dengan kata safsathah, dengan arti yang sama. Socrates, karena kerendahan hati dan mungkin juga keinginan menghindarkan diri dari kaum sophis, melarang orang menyebut dirinya sophis, seorang cendikiawan.
  8. Ketika Kaum muslim mengembangakan klasifikasi ilmu Aristoteles, maka memasukkan kata falsafah atau hikmah. Filsafat adalah sains rasional mempunyai dua bagian, yaitu : teoritis dan praktis. Filsafat teoritis untuk menggambarkan sesuatu sebagaimana adanya, dan filsafat praktis untuk menggambarkan perilaku manusia sebagaimana mestinya.
  9. Di kalangan muslim mengambil filsafat dari bahasa Yunani. Lalu memberi sighat (bentuk) dan menggunakannya untuk mengartikan pengetahuan rasional murni. Filsafat menurut pemakaian para filosof muslim secara umum tidak merujuk kepada disiplin sains tertentu; ia meliputi semua sains rasional, bukan ilmu yang diwahyukan atau yang diriwayatkan seperti etimologi, retorika, sharaf, tafsir, hadis dan hukum Oleh katrena itu hanya orang yang menguasai semua sains rasional termasuk didalamnya matematika, ekonomi, etika, teologi, yang dapat disebut sebagai filosof.
  10. Filsafat teroritis terdiri dari tiga bagian: teologi (filsafat tinggi), matematika (filsafat menengah), dan ilmu-ilmu kealaman (filsafat rendah). Filsafat tinggi mempunyai dua disiplin, fenomenologi umum dan teologi itu sendiri. Matematika terdiri dari empat bagian; aritmatika, geometri, astronomi dan musik. Sedangkan ilmu alam mempunyai banyak bagian.

Selasa, 08 Juli 2008

MANAJEMEN DAN EVALUASI KINERJA

Dalam konteks laporan akuntabilitas kinerja, evaluasi kinerja dilakukan setelah tahap penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian kinerja. Evaluasi kinerja diartikan sebagai suatu proses umpan balik atas kinerja yang lalu dan mendorong adanya produktivitas di masa mendatang.

Dalam akuntabilitas kinerja, sesuai dengan substansinya, maka suatu akuntabilitas akan mencerminkan akuntabilitas kebijakan, program, manajemen, proses, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan. Evaluasi kinerja meliputi kinerja kegiatan, evaluasi kinerja program dan evaluasi kinerja kebijakan.

Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klarifikasi indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data untuk menentukan kinerja kegiatan, program, dan kebijakan. Penetapan indikator kinerja tersebut didasarkan pada kelompok :

1. Masukan (input)
2. Keluaran (Output)
3. Hasil (Outcomes)
4. Manfaat (Benefits)
5. Dampak (Impacts)

Kelompok-kelompok indikator tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap setelah kegiatan selesai. Indikator kinerja input dan output dapat dinilai sebelum kegiatan selesai dilakukan. Sedangkan indikator hasil, manfaat, dan dapat hanya dapat dilakukan setelah kegiatan selesai dilakukan.

Penetapan indikator kinerja harus didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Syarat indikator kinerja yang baik adalah memenuhi kriteria berikut ini :

  1. Spesifik dan jelas.
  2. Dapat diukur secara obyektif, baik yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif.
  3. Dapat dicapai dan berguna untuk menunjukkan pencapaian input, output, hasil, manfaat, dan dampak.
  4. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan.
  5. Efektif, artinya datanya dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis.

Tahapan evaluasi kinerja dimulai dengan menghitung nilai capaian pelaksanaan kegiatan, kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai capaian kinerja pelaksanaan program dan kebijakan yang didasarkan pada nilai capaian kinerja kegiatan tersebut. Jadi, evaluasi kinerja meliputi :

1. evaluasi kinerja kegiatan.
2. evaluasi kinerja program
3. evaluasi kinerja kegiatan.

Analisis pencapaian akuntabiltas kinerja meliputi uraian tentang keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan, program dan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi.

Dalam anaisis tersebut perlu dijelaskan pula proses dan nuansa pencapaian sasaran dan tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan data/informasi yang diperoleh secara lengkap dan rinci.

Disamping itu, perlu juga dilakukan analisis terhadap komponen-komponen penting dalam evaluasi kinerja yang mencakup :

  1. analisis input – output
  2. analisis realisasi hasil dan manfaat
  3. analisis dampak (positif maupun negatif)
  4. analisis proses pencapaian indikator-indikator kinerja tersebut, yang terdiri dari analisis keuangan dan analisis kebijakan.

Analisis tersebut antara lain dilakukan dengan cara membandingkan indikator kinerja dengan realisasi, seperti :

  1. Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan.
  2. Perbandingan antara kinerja nyata dengan tahun-tahun sebelumnya.
  3. Perbandingan kinerja suatu instansi dengan instansi lain yang unggul di bidangnya atau dengan sektor swasta.
  4. Perbandingan antara kinerja nyata dengan standar nasional.

Analisis pencapaian akuntabilitas kinerja pada dasarnya menggambarkan muatan substansi akuntabilitas kinerja, terutama ditujukan untuk mendapatkan gambaran yang memadai mengenai hakikat dari akuntabilitas itu sendiri, yaitu mengenai kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak untuk menerima keterangan atau pertanggungjawaban.

Analisis terhadap subtansi akuntabilitas kinerja diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai akuntabilitas yang menyiratkan beberapa prinsip dasar berikut :

  1. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangan dan kebijakan yang berlaku.
  2. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh.