Kamis, 10 Juli 2008

MACAM-MACAM PENGERTIAN FILSAFAT (bagian kedua)

  1. Filsafat praktis dibagi menjadi etika, ekonomi domestik dan kewarganegaraan. Filosof yang mumpuni menguasai seluruh sains tersebut. Menurut pandangan filosof, filsafat universal, teologi, metafisika, filsafat tinggi mempunyai kedudukan khusus dibanding sains yang lain, karena 1) filsafat ini mempunyai demontrasi dan kepastian, 2) ketidakbergantungannya dengan sains yang lain, dan 3) filsafat lebih umum dan universal dibanding dengan sains yang lain.
  2. Para filosof di masa lalu mendifinisikan filsafat sebagai aktifitas filsafat sejati, filsafat pertama, sehingga mendifinisikan filsafat secara khas. Maka difinisi filsafat yakni meliputi sains tentang keadaan-keadaan wujud, dipandang dari segi bahwa ia adalah wujud, bukan dari segi bahwa ia memiliki individualisasi khusus seperti badan, kuantitas, kualitas, manusia, tanaman, dll.
  3. Pengetahuan tentang segala sesuatu terdiri dari dua macam, yaitu : 1) dapat dibatasi pada spesies atau genus tertentu, dapat berlaku pada ketentuan dan aksiden dari spesies dan aksiden tertentu, sebagaimana pengetahuan kita mengenai ketentuan bilangan (aritmatika), kuantitas (geometri), sifat tanaman, hewan, ilmu kedokteran. Bentuk ini meliputi seluruh sains mineralogi, fisika, kimia, geologi , ilmu atom dll. Dan 2) pengetahuan yang tidak dapat dibatasi pada spesies tertentu. Pengetahuan tentang wujud ini bukan pada bagian-bagian dari dari spesies tertentu, tetapi pengetahuan yang hakiki tentang seluruh wujud. Misalnya pertanyaan tentang tubuh bukan pada kaki dan kepala akan tetapi misalnya; Jika tubuh mempunyai kepala, apakah kepala ini mempunyai jiwa yang dapat berpikir dan merasa, ataukah ia lemah dan kosong. Apakah keseluruhan tubuh merasakan kenikmatan kehidupan, atau apakah intelegensi dan persepsi tubuh ini dibatasi pada sejumlah entitas yang timbul secara kebetulan? Atau, apakah seluruh tubuh mengejar suatu tujuan, ataukah seluruh tubuh berjalan ke arah suatu kesempurnaan realitas?.
  4. Bagian studi yang menyangkut organologi alam makhluk adalah sains, sedangkan bagian yang membahas fisiologi alam semesta secara keseluruhan adalah filsafat. Perubahan linguistik yang menyangkut konvensi penggunaan kata telah disalah artikan sebagai perubahan makna yang berkaitan dengan keadaan yang sebenarnya.
  5. Perubahan makna dalam hal ini tidak ada kaitannya dengan perpisahan antara sains dan filsafat. Sains tidak pernah merupakan bagian dari kata filsafat; sehingga tidak mungkin sains bisa terpisah dari filsafat. Memberikan rumusan yang pasti tentang apa yang termuat dalam kata "filsafat" adalah suatu pekerjaan yang terlalu berani dan sombong! Memang, para peminat filsafat, kita sulit mendefinisikan kata yang satu ini. Bahkan para filsuf (ahli filsafat) pun mengakuinya. Apa yang membuat demikian adalah karena terdapatnya beragam paham, metode dan tujuan, yang dianut, ditempuh dan dituju oleh masing-masing filsuf. Namun, sebuah pengertian awal mesti diberikan; maksudnya sebagai kompas agar kita tidak tersesat arah di dalam perjalanan memahami filsafat.
  6. Dalam bahasa zaman kuno, kata-kata filsafat dan hikmah digunakan dalam pengetahuan rasional, bukan pengetahuan yang bersumber dari wahyu. Jadi kata-kata tersebut melingkupi semua ide-ide intelektual dan rasional manusia. Pada zaman modern, kata ini menjadi terbatas pada metafisika, logika, estetika dan yang sejenis. Hal hal berbeda dengan zaman sebelumnya dimana filsafat meliputi semua ilmu. Sains dulunya pernah terpadu dibawah nama filsafat tetapi kini nama tersebut hanya dinisbahkan pada sejenis sains.
  7. Mengingat maksud ini, maka pengertian filsafat harus bersifat dapat dipahami oleh banyak orang, sehingga dapat dijadikan tempat berpijak bersama. Kata "filsafat" ini dari akar katanya, dari mana kata ini datang. Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.
  8. Dari arti di atas, kemudian dapat dimengerti arti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu vak biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks. Filsafat, "Ilmu tentang hakikat". Di sinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yang dapat dialami, dapat diindera, atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dengan pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya". Filsafat meninjau dengan pertanyaan "apa itu", "dari mana" dan "ke mana". Di sini orang tidak mencari pengetahuan sebab dan akibat dari suatu masalah, seperti yang diselidiki ilmu, melainkan orang mencari tahu tentang apa yang sebenarnya pada barang atau masalah itu, darimana terjadinya dan ke mana tujuannya. Maka, jika para filsuf ditanyai, "Mengapa A percaya akan Allah", mereka tidak akan menjawab, "Karena A telah dikondisikan oleh pendidikan di sekolahnya untuk percaya kepada Allah," atau "Karena A kebetulan sedang gelisah, dan ide tentang suatu figur bapak membuatnya tenteram." Dalam hal ini, para filsuf tidak berurusan dengan sebab-sebab, melainkan dengan dasar-dasar yang mendukung atau menyangkal pendapat tentang keberadaan Allah.
  9. Tugas filsafat menurut Sokrates (470-399 S.M.) bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, melainkan mempersoalkan jawaban yang diberikan. Sampai dengan kedua pengertian di atas, marilah disimak apa kata Kattsoff (1963) di dalam bukunya Elements of Philosophy untuk melengkapi pengertian kita tentang "filsafat":
    · Filsafat adalah berpikir secara kritis.
    · Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
    · Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut.
    · Filsafat adalah berpikir secara rasional.
    · Filsafat harus bersifat komprehensif.
  10. Menurut Windelband, filsafat sifatnya merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata. Kata Magnis, filsafat sebagai usaha tertib, metodis, yang dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk melakukan apa yang sebetulnya diharapkan dari setiap orang yang tidak hanya mau membeo saja, yang tidak hanya mau menelan mentah-mentah apa yang sudah dikunyah sebelumnya oleh pihak lain, yaitu untuk mengerti, memahami, mengartikan, menilai, mengkritik data-data dan fakta-fakta yang dihasilkan dalam pengalaman sehari-hari dan melalui ilmu-ilmu.

Tidak ada komentar: